Mengenai Pengolahan Limbah

Mengenai Home composting

Apabila sudah maksimal dan optimal sekali upaya kita untuk me-REDUCE dan masih ada sisa food waste, it’s ok. The world doesn’t end up here. We still could do something about it though, tapiii ini berlaku untuk yang sudah maksimal dan optimal ya me-REDUCE food waste-nya.

Mengenai Home composting
Mengenai Home composting
Mengenai Home composting

Ada banyak metode pengolahan limbah, yang paling terkenal dikalangan gardener adalah pembuatan kompos konvensional. Pembuatan kompos sendiri dibagi lagi menjadi beberapa metode. Pilihan metode apa yang cocok ini dapat dilihat di gambar atas. Dimana dapat terlihat preferensi, karakter serta kondisi yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Jadi bisa saja kita cocok dengan metode komposting bokashi, namun bagi orang lain yang cocok itu metode kompos aduk balik biasa. Tidak ada yang salah dengan hal tersebut, sekali lagi ini hanyalah masalah preferensi, karakter dan kondisi yang berbeda-beda pada setiap orang.

Selain membuat kompos ada beberapa metode lain untuk pengolahan sampah, diantaranya :
1. Konvensional composting.
2. Bokashi composting.
3. Trench composting.
4. Worm composting/Vermicomposting.
5. Grub composting/BSF (Black Soldier Fly).
6. Banana Circle.
7. Biodigester.
8. Pembuatan MOL.
9. Pembuatan Eco Enzyme.
10. Aquaculture.

Tentu saja masing-masing metode memiliki kelebihan dan kekurangannya. Biasanya para gardener tidak hanya melakukan satu metode saja, melainkan menggabungkan beberapa metode sesuai kebutuhan dan waste yang dihasilkan.

Untuk kami sendiri, kami menggunakan beberapa metode diantaranya :
1. Biodigester untuk toilet waste dan kitchen waste.
2. Vermicomposting untuk animal manure/limbah kotoran hewan.
3. Banana Circle untuk grey water waste + outdoor bathroom.
4. Aquaculture untuk grey water waste.
5. Pembuatan MOL.
6. Pembuatan eco enzyme.
7. Trench composting.

Secara jujur kami akan mengakui kalau kami tidak cocok dengan metode kompos konvensional karena bagi kami waste yang dapat diolah dengan metode ini amat minim, jadi ini bukan solusi optimal bagi kami. Melakukan metode ini juga membutuhkan energi dan tenaga yang besar, so it is not for us as a lazy permaculturist.

Which one do you use?

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *