Miskonsepsi Permaculture Nomer 8

Miskonsepsi Permaculture Nomer 8

Permaculture pasti bebas dari hama dan gulma. Salah.

Ini masih erat hubungannya dengan miskonsepsi no 7. Pemahaman pertama adalah, dalam permaculture sebenarnya tidak dikenal kata hama atau gulma. Karena di alam juga sebenarnya tidak ada hama. Sebutan “hama” itu hampir sama dengan sebutan “sampah” bahwa mereka adalah sesuatu yang dianggap tidak dibutuhkan atau tidak memiliki nilai fungsi (lagi) dalam kehidupan seseorang (un-desirable) dan dianggap mengganggu.

Dalam pertanian konvensional “masalah hama dan gulma” ini dapat ditangani dengan mudah, cukup menggunakan semprotan pestisida, herbisida, insektisida, dan sebagainya untuk membunuh atau mengendalikan populasi hama dan gulma. Intinya, para petani konvensional biasanya akan menghilangkan segala sesuatu yang menantang tanaman yang ditumbuhkan oleh pertanian tersebut, diluar apa yang mereka tanam ya dianggap pengganggu apapun itu bentuknya. Begitupula terjadi di pertanian organik, cukup cari dan semprotkan pestisida, herbisida dan insektisida yang berlabel organik.

Praktek yang cukup standar ini memang membantu melindungi tanaman komoditas dalam jangka pendek, namun jelas akan merugikan dalam jangka panjang (baca postingan sebelumnya). Namun, maraknya penggunaan semprotan di kebun tidak dapat diterima dan tidak perlu dalam pengaturan permaculture.

Cara permaculture adalah menciptakan ekosistem sehingga semua tanaman dan hewan memiliki tempat dan fungsi, termasuk hama, yang memberi makan serangga menguntungkan atau beneficial insect yang pada gilirannya, si serangga menguntungkan ini akan mengendalikan populasi hama. Hal ini padahal sudah diajari dalam pelajaran IPA dimasa SD mengenai lingkaran ekosistem dan rantai makanan.

Masalah cenderung keluar dari tangan ketika pestisida, herbisida dan insektisida digunakan, semuanya yang terkena akan mati, mau itu yang dianggap hama ataupun predatornya, akhirnya hama kembali karena serangga pemangsa tidak ada di sana untuk menghalangi mereka. Dengan semprotan, si ekosistem tidak pernah mencapai keseimbangan yang tepat.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *