Miskonsepsi Permaculture Nomer 4

Miskonsepsi Permaculture Nomer 4

Hal ini masih berhubungan dengan misconception nomor 3 dimana mindset banyak orang mengatakan “Saya harus memiliki lahan minimal berapa hektar untuk dianggap telah ber-permaculture”. Hal ini agak menyedihkan, bahwa betapapun luasan lahan yang anda miliki, apabila tidak mampu mengamalkan prinsip Permaculture dan etika Permaculture serta menerapkan sistem closed-looping (cek postingan organic vs permaculture) anda bukanlah seorang permaculturist, karena berpermaculture haruslah dimulai dari hati dan niat, bukan lahan.

Kami sendiri mememiliki beberapa lahan percontohan, baik untuk urban permaculture yang dapat dilakukan individual untuk rumah tangga, community permaculture maupun bentuk agroforestry atau food forest. Keseluruhan lahan jelas memiliki luasan yang berbeda dengan kondisi dan tujuan yang berbeda pula, oleh sebab itu kami melakukan pendekatan permaculture atau permaculture approach yang berbeda untuk setiap kondisi.

Ada juga sebuah kasus dimana seseorang memiliki lahan kecil tapi sanggup mengolah limbah sendiri, melakukan rain water harvesting hingga melakukan pengolahan produk dari hasil panennya sendiri, kami mengganggap orang ini lebih memiliki jiwa permaculture dibandingkan orang dengan lahan hektaran tapi tidak mampu mengolah limbahnya sendiri.

Permasalahan luas atau tidaknya lahan amat erat hubungannya dengan kondisi ekonomi. Kita tentu saja tidak dapat memaksakan setiap orang yang tertarik dengan permaculture memiliki kewajiban untuk membeli lahan dengan luasan sekian, otherwise dia tidak akan disebut permaculturist. Well, sebutan permaculturist memang dibutuhkan apabila orang tersebut memang berniat misalnya mengambil sertifikasi atau berencana kedepannya untuk menjadi mentor/tutor permaculture misalya, namun apabila orang tersebut hanya memiliki niat untuk menikmati permaculture dengan keluarga, berencana kedepan untuk pensiun dengan permaculture atau ingin melakukan perubahan perbaikan ekonomi desa dengan pola permaculture, akan salah besar bahwa mereka tidak bisa berpermaculture dengan alasan mereka tidak sanggup membeli lahan.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *